Jumat, 23 Oktober 2009

ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN ASPEK LEGAL
Adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung jawab legal yang terkait dengan praktik keperawatan merupakan hal yang penting bagi perawat.

2.2. DASAR HUKUM KEPERAWATAN
a. Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN 2001
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :
 Pasal 32 (ayat 4) : “Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
 Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : “ Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”. Sedangkan (ayat 2) : “tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan kewenangannya perawat berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17

Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).


2.3. STANDART PRAKTIK KEPERAWATAN
Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada wewenang tertentu (Schroeder, 1991).
Sebuah standar secara komprehensif menguraikan semua aspek profesionalisme, termasuk sistem, praktisi dan pasien. Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para anggotanya. Standar diperlukan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan publik
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau penelitian.
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu profesi yaitu :
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.
Tipe standar keperawatan :
1. Standar Praktek
Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan standar kerja.
Fungsi standar praktek :
a. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Menetapkan level kinerja perawat
c. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d. Kebijakan menentukan sumber – sumber untuk memfasilitasi pemberian asuhan
2. Standar Asuhan
Standar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan generik dan rencana asuhan.
Fungsi standar asuhan :
a. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b. Memastikan hasil yang berasal dari pasien

2.4. PERBEDAAN PRAKTIK VOKASIONAL DAN PRAKTIK PROFESIONAL
Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesional dengan sebutan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)
Perawat Profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN)



2.5. PROFILE DAN KOMPETENSI NERS
2.5.1. Profile Sarjana Keperawatan dan Ners ini dibagi menjadi 6, antara lain :
1. Care Provider
Perawat memiliki kemampuan dalam mengarahkan, menginisiasi, dan melaksanakan rencana asuhan keperawatan professional di klinik dan komunitas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dan etika profesi sebagai tuntunan dalam melakukan praktik professional.
2. Community Leader
Perawat memiliki kesempatan untuk mendidik individu dan kelompok di komunitas mengenai pencegahan dan pemeliharaan kesehatan (Promosi kesehatan).
Peran perawat dalam promosi kesehatan, yaitu :
a. Menjadi panutan perilaku dan sikap gaya hidup sehat
b. Memfasilitasi keterlibatan klien dalam pengkajian, implementasi, dan evaluasi tujuan kesehatan
c. Mengajarkan klien mengenai strategi perawatan diri untuk meningkatkan kebugaran, memperbaiki nutrisi, mengatasi stress, dan meningkatkan hubungan
d. Membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka
e. Mendidik klien untuk menjadi konsumen perawatan kesehatan yang efektif
f. Membantu klien, keluarga, dan komunitas untuk mengembangkan dan memilih pilihan promosi kesehatan
g. Memperkuat perilaku promosi kesehatan personal klien dan keluarga
h. Menganjurkan perubahan di komunitas yang meningkatkan lingkungan yang sehat
3. Educator
Perawat juga berpartisipasi dalam aktivitas pendidikan di komunitas.
Peran perawat-pendidik, antara lain :
1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar
2. Menentukan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan (formal dan non-formal)
3 Merancang metode pembelajaran
4. Merancang model evaluasi pembelajaran yang sesuai
5. Melaksanakan proses pembelajaran pada praktikan, praktisi dan klien sesuai dengan karakteristik pembelajaran
6. Melakukan evaluasi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
7. Mengorganisasikan pengelolaan pada tatanan pendidikan dan pelayanan

4. Manager
Sebagai seorang manager dan pemberi perawatan klien, perawat mengkoordinasikan berbagai professional perawatan kesehatan dan layanan untuk membantu klien mencapai hasil akhir yang diinginkan.
Sedangkan organisasi birokratik menggunakan kontrol melalui kebijakan, pekerjaan terstruktur, dan tindakan pembagian kategori. Organisasi lain mendesentralisasikan kontrol dan menekankan pengarahan diri dan disiplin diri anggotanya.
Fungsi manajerial, antara lain :
1. Perencanaan
a. Mengidentifikasi kesempatan di masa yang akan dating
b. Mengantisipasi dan menghindari masalah di masa yang akan dating
c. Menyusun strategi dan rangkaian tindakan
2. Pengorganisasian
a. Mengidentifikasi tugas tertentu dan menugaskannya pada individu atau tim yang telah mendapatkan pelatihan dan memiliki keahlian untuk melaksanakannya.
b. Mengoordinasikan aktivitas untuk mencapai tujuan unit

5. Pemanduan (Leading) dan Pendelegasian
Fungsi pendelegasian adalah untuk memberikan perawatan dan seluk-beluk hubungan antarstaf, klien, dan lingkungan.
Peran perawat manager, antara lain :
1. Melakukan kajian situasi pada tatanan pelayanan atau pendidikan keperawatan atau kesehatan
2. Membuat perencanaan baik strategis maupun operasional sesuai dengan kajian situasi pada tatanan pelayanan/pendidikan
3. Mengorganisasikan pola pelayanan/pendidikan keperawatan/kesehatan sesuai dengan lingkupnya
4. Melakukan pengelolaan staff sesuai dengan lingkupnya (rekrutmen sampai dengan penataan jenjang karier)
5. Memberikan pengarahan baik pada tatanan pelayanan/pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip kepemimpinan, motivasi, dsb
6. Melakukan proses kontrol sesuai dengan prinsip-prinsip mutu dan managemen resiko

6. Reseacher
Menurut Position Statement on Education for Participation in Nursing Research (1994) oleh American Nurses Association (ANA), semua perawat berbagi komitmen untuk kemajuan ilmu keperawatan. Praktik berbasis penelitian dipandang sebagai hal penting agar asuhan keperawatan efektif dan efisien. Menurut Polit dan Hungler (1999), menetapkan empat alasan penelitian itu penting dalam keperawatan, antara lain :
• Sebagai profesi, keperawatan memerlukan penelitian untuk mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan ilmiah yang unik dan terpisah dari disiplin lain
• Penelitian itu penting untuk mempertahankan tanggung gugat ilmiah keperawatan terhadap klien, keluarga, dan masyarakat secara umum
• Perhatian saat ini mengenai ekonomi dan keefektifan perawatan kesehatan menuntut keperawatan untuk mendokumentasikan melalui penelitian bagaimana layanan keperawatan berperan pada pemberian perawatan kesehatan
• Saat intervensi multipel mungkin diberikan dalam situasi klien tertentu, penelitian keperawatan penting untuk proses pengambilan keputusan klinis.
National Institute of Nursing Research (NINR) menetapkan tujuan, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan mendukung kesempatan penelitian yang akan mencapai perbedaan ilmiah dan menghasilkan konstribusi yang signifikan untuk kesehatan
2. Mengidentifikasi dan mendukung area kesempatan di masa yang akan dating untuk memajukan penelitian pada perawatan yang berkualitas tinggi dan hemat biaya, serta berkonstribusi terhadap landasan ilmiah untuk praktik keperawatan
3. Mengkomunikasikan dan mendiseminasikan hasil penelitian yang didanai oleh NINR
4. Meningkatkan perkembangan perawat peneliti melalui pelatihan dan kesempatan pengembangan karir
Peran perawat-peneliti, antara lain :
1. Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan/pendidikan
2. Mengindentifikasi kebutuhan dan masalah penelitian sesuai dengan lingkup garapnya
3. Membuat rancangan penelitian sesuai dengan permasalahan yang teridentifikasi
4. Mengorganisasikan pelaksanaan penelitian sesuai dengan rancangan dan seting
5. Mensosialisasikan hasil penelitian sesuai dengan level dan lingkup penelitian
6. Melakukan kritikal review terhadap hasil penelitian

2.5.2. KOMPETENSI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas dibidang pekerjaan tertentu. (Kep. Mendiknas/045/U/02)
A. Kompetensi Sarjana Keperawatan
Tujuan pendidikan tahap program akademik adalah mendidik mahasiswa melalui proses belajar mengajar sehingga memiliki sikap dan kemampuan sebagai berikut:
1. Melaksanakan praktek keperawatan secara akuntabel, etik dan legal
2. Melaksanakan asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan
3. Mengembangkan profesionalisme

B. Kompetensi Ners
Perumusan kompetensi diklasifikasikan berdasar pasal 2 dalam SK No. 045/U/202 yang menyebutkan bahwa kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lainnya yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama. Kompetensi yang diharapkan akan dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan Ners adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi Utama :
1) Mampu melakukan praktek keperawatan individu, keluarga, kelompok , dan komunitas yang berfokus pada keselamatan pasien berbasis pada bukti-bukti ilmiah (Nursing practice focused on patient safety and evidence based)
2) Mampu menerapkan etik, moral, legal dan perilaku profesional (ethical judgement, moral reasoning, and profesional behavior)
3) Mampu menjadi agen perubah, mengembangkan diri dan belajar sepanjang hayat (Change agent life long lerarning and personal growth
4) Mampu berkomunikasi efektif, dengan memperhatikan unsur lintas budaya (effective communication considering to transcultural approach)
5) Mampu bekerjasama dalam konteks pelayanan kesehatan (elderly, emergency disaster) (The social dan community contexts of health care (elderly, emergency disaster)
6) Mampu berfikir kritis, memecahkan masalah dan melakukan penelitian (Critical thinking, problem solving and reseach )

b. Kompetensi Pendukung :
1) Mampu menerapkan manajemen dan teknologi informasi dalam pelayanan keperawatan (IT applied and management approach in nursing practice)
2) Kompetensi lainnya yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama:
3) Mampu mengembangkan semangat kewirausahaan di bidang kesehatan sesuai dengan situasi dan budaya lokal. ( Health care enterpreunership according to local situation and local culture )

c. Kompetensi Dasar / Utama Ners professional (Lendburg, 1999)
Mampu Melakukan :
1. Pengkajian dan intervensi
2. berkomunikasi (terapeutik)
3. Berfikir kritis
4. mendidik orang lain (HE)
5. Hubungan antar manusia dengan sikap “caring”
6. manajemen (mengelola secara bertanggung jawab)
7. memperlihatkan sikap kepemimpinan
8. mengintegrasikan pengetahuan

d. Kompetensi Ners Abad 21 (valainis, 2000)
● praktik keperawatan yang independent dan menilai kinerja diri
● mengidentifikasi gap (celah) dalam pengetahuan dan merencanakan kegiatan pengembangan profesional untuk mengatasi perubahan dan menyelesaikan masalah dalam praktik.
● Mengkaji kebutuhan klien sesuai pandangan klien dan memberdayakan klien dan keluarga untuk secara aktif terlibat dalam asuhan sesuai kemampuan.
● Mengelola asuhan secara kontinyu dengan pelayanan berkesinambungan pada klien dan keluarga dengan intervensi yang konsisten.
● Mensintesa pengetahuan dan ketrampilan keperawatan dengan pengetahuan kesehatan public untuk meningkstksn kesehatan komunitas.
● Menjamin efektivitas biaya dan kualitas asuhan.
● Memberdayakan fungsi keperawatan dari disiplin professional dan non professional lain, mengartikulasikan fungsi keperawatan secar jelas kepada orang lain dan melakukan praktik kolaborasi.
● Memperlihatkan kepemimpinan untuk menjamin konstribusi unik keperawatan terhadap pengembangan kebijakan diarea pencegahan dan penanggulangan penyakit, bekerjasama dengan profesi lain dalam merencanakan kesehatan poitif dari semua jenjang (komunitas local sampai internasional).
● Mendukung sejawat dalam meningkatkan ketrampilan keperawatan yang dimiliki dan mengembangkan ketrmpilan keperawatan yang baru.

2.6. TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT

A. TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat secara umum
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat – obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokterdan orang – orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan – pertanyaan pasien dan memberikan informasi biasanya diberikan oleh dokter
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal – hal penting kepada orang yang tepat.

B. TANGGUNG GUGAT
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil – hasilnya termasuk dlam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil – hasilnya. Terhdap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat.
Akuntabilitas bertujuan :
1. Mengevaluasi praktisi – praktisi profesional baru dan mengkaji ulang praktisi – praktisi yang sudah ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian yang profesional perawatan kesehatan.
4. Memberikan dasar untuk keputusan etis
Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :
1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum
Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:
1. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi, mendorong partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
2. Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat tentang masalah – masalah kesehatan pasien seperti pertanyaan diagnostik.
3. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.

C. Penerapan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
1. Kontrak
Ada 2 jenis kontrak yang paling banyak dilakukan dalam keperawatan :
a. Kontrak antara perawat dengan pihak / insitusi
b. Kontrak antara perawat dengan pasien
Kontrak dinyatakan sah apabila memenuhi syarat :
a. Ada persetujua antara pihak – pihak yang membuat perjanjian
b. Ada kecakapan pihak – pihak untuk membuat perjanjian
c. Ada suatu hal tertentu dan ataua suatu sebab yang halal

2. Tanggung jawab hukum perawat dalam praktek
a. Menjalankan pesanan dokter dalam hal medis
4 hal yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum :
1) Tanyakan setiap pesanan yang diberikan dokter
2) Tanyakan setiap pesanan bila kondisi pasien telah berubah
3) Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi
4) Tanyakan pesanan terutama bila perawat tidak pengalaman
b. Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri
1) Ketahui pembagian tugas mereka
2) Ikuti kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
3) Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama
4) Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, waktu dan pasien yang benar
5) Lakukan setiap prosedur secara tepat
6) Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan tepat dan akurat
7) Catat semua kecelakaan mengenai pasien
8) Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien
9) Pertahankan kompetensi praktek keperawatan
10) Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
11) Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan pastikan orang yang diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
12) Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan





DAFTAR PUSTAKA

Agung, B. 2006.http//www.Kualitas Pelayanan Keperawatan. pdf. Google. htm/ or. id. page 2
Bachman, J. 1998. Developing a common nursing practice modern. Nursing manajemen. 2(5) : 26 – 27
Elizadiani, D. 2008. http//www. Standar untuk praktek untuk profesi keperaatan/htm.
Hadi, M. 2008. Google automatically generates html version of documens as crawl the web. Page 1
Mas. 2008. http//www. Antisipasi mal praktik. Harian Media Sentoda/Praktek/Keperawatan. htm.
Syaifoel Hardy & Nurhadi. 2007. Efektivitas Penggunaan Gelar Ners. http://inna-ppni.or.id/html
Tim Penyusun. 2008. Pedoman Pendidikan Universitas Airlangga 2008-2009. Surabaya. Airlangga University Press
Kelompok Pendidikan & Komunitas. 2008. Undang - Undang Keperawatan. http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.
Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi 4. Jakarta : EGC
Tim Penyusun. 2008. Pedoman Pendidikan Universitas Airlangga 2008-2009. Surabaya. Airlangga University Press
Kelompok Pendidikan & Komunitas. 2008. Undang - Undang Keperawatan. http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.

Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi 4. Jakarta : EGC

Kamis, 22 Oktober 2009

BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN
Berfikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.

TEKNIK BERPIKIR
Berpikir memiliki berbagai macam taknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic, berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
1. Berpikir austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat terbang.
2. Berpikir realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata. Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir realistic induktif. Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada, disebut berpikir realistis deduktif.


3. Berpikir kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas. Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan mengahsilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru. Factor yang memengaruhi seseorang untuk berpikir kreatif adalah:
a. Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan untuk mencerna, memahami menguraikan, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi. Contoh: memaksimalkan potensi yagn ada, “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”.
b. Sikap yang terbuka. Contoh: menerima usulan yang baik dan menerima kelebihan orang lain.
c. Otonomi. Contoh: berani mengambil keputusan.
d. Percaya pada diri sendiri. Contoh: yakin dan percaya pada kemempuan diri unutk melakukan suatu aktivitas.
4. Berpikir evaluative
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan, serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan. Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugianya, serta apakah tepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.







PROSES BERPIKIR
Proses berpikir merupakan suatu jalan pikiran atau logika. Langkah-langkah proses berpikir terdiri dari:
1. Pembentukan Pengertian/Konsep
Seseorang memperlajari keadaan yang ada kemudian diterjemahkan sesuai dengan pengalaman ataupun teori-teori yang dia ketahui sebelumnya. Contoh: Hepatitis termasuk penyakit menular atau tidak menular?
2. Pembentukan Pendapat
Tahap berikutnya; seseorang membentuk pendapatnya sesuai dengan pengertian yang ia buat dari keadaan atau situasi yang ada. Contoh: mulai berpendapat bahwa ciri-ciri penyakit menular adalah diakibatkan oleh virus (misal; Hepatitis) dan protozoa (misal; malaria), sedangkan ciri-ciri penyakit tidak menular adalah dapat diakibatkan oleh gaya hidup seperti stroke dan lingkungan (misal; kanker).
3. Penarikan Kesimpulan
Proses berpikir diakhiri dengan adanya suatu kesimpulan berdasarkan pembentukan pendapat pada tahap sebelumnya. Contoh: setelah mengetahui karakteristik masing-masing dan mencocokkan dengan karakteristik penyakit Hepatitis, kemudian menarik kesimpulan bahwa Hepatitis adalah termasuk penyakit menular yang diakibatkan oleh virus.











BERPIKIR KRITIS
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
ASPEK PERILAKU BERPIKIR KRITIS
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (refrence).
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
8. Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
9. Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam penerapan.
10. Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
a. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b. Analisa argument (analysis arguments)
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
d. Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)

MODEL BERPIKIR KRITIS
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan sebuah model berpikir kritis bagi penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah keperawatan dalam kondisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan 5 komponen berpikir kritis yang mengarahkan perawat untuk membuat rencana tindakan agar asuahan keperawatan aman dan efektif.

















TINGKATAN BERPIKIR KRITIS
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis dalam keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks dan komitmen.
Pada tingkat dasar seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar. Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan perkembangan member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
Pada tingkat kompleks, seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi. Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego/ kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan menguji alternative secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan keperawatan mempunyai keuntungan bagi klien, perawat dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Di sini perawat belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakti yang sama.
Pada tingkat komitmen, perawat sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.


BAB III
PEMBAHASAN


DAFTAR PUSTAKA

http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir
Maryam Siti R. dkk (2007) Buku Ajar Proses Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan, Jakarta: EGC

BERBASIS KOMUNITAS DAN BERKELNJUTAN

BAB 1
PENDAHULUAN

BAB 2
PELAYANAN KEPERAWATAN BERBASIS KOMUNITAS

Pengertian

Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

PARADIGMA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
Individu sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan Mencintai,harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
3. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.

Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan resosialitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat optimal.


SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difo¬kuskan pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a.Pembinaan kelompok khusus
b.Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dira¬wat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.
FALSAFAH
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai - nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima oleh semua orang.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara berkelanjutan.
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
5. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan berkesinambungan.
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri
ASUMSI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980) yaitu keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggung jawab setiap individu.

KARAKTERISTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan dibe¬rikan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat meng¬kaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.

PRINSIP PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS

Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah dimasyarakat dan
bukan di rumah sakit.
Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat masyarakat
Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
Kunjungan rumah sangat penting.
Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang ada.
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.

TANGGUNG JAWAB PERAWAT KOMUNITAS
Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat komunitas adalah menyediakan pela¬yanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang sehat, mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit dan injuri, identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta me¬lakukan rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat, melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan riset keperawatan.

PERAN PERAWAT KOMUNITAS
Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien
Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari

Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan

Pembaharu
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

TATANAN PRAKTIK DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN
KOMUNITAS
Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan primer, sekunder dan tertier. Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontology.

Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978)
Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi.

Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.

Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan lain-lain.
Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.

KONSEP MODEL KEPERAWATAN
KOMUNITAS
Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural serta spiritual, terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya mencapai tujuan.

MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)
Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah system sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan, dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.

MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.

MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan, Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.


Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit (Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
“Self Care” : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan keluarga.

Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Fokus Asuhan Keperawatan
1. Aspek interpersonal : hubungan di dalam keluarga
2. Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada disekitarnya.
3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi
4. Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga di rumah misalnya : mengompres dengan baik dan benar.
System keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau melakukan keperawatan mandiri. System keperawatan mandiri dibagi tiga kategori bantuan sebagai berikut :
a. Wholly comphensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak berespon terhadap rangsangan.
b. Partially compensantory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit, misalnya kecelakaan.
c. Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang membutuhkan bantuan untuk mempelajari agar melakukan keperawatan mandiri.

MODEL “HEALTH CARE SYSTEM” BETTY NEUMAN
Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari paradigm keperawatan yang terkait keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Manusia Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variable-variabel: fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2.Lingkungan
3.Sehat
4.Keperawatan
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan biopsiko – sosio – cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada empat intervensi yaitu : intervensi yang bersifat promosi dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan normal yang terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang berhubngan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan yaitu fleksibel, normal dan resisten serta berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami gangguan :
1. Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis pertahanan fleksibel
2. Intervensi bersifat prevensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal
3. Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis pertahanan resisten

Aplikasi Model Neuman pada Komunitas
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS

PENDAHULUAN
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, di Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan:
1.Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien.
Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
• Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
• Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.
• Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress.
• Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
• Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
• System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
• Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
• Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.
3.Perencanaan(intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a)Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
• Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
• Melakukan pengkajian
• Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
• Melatih kader
• Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut:
•Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
•Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
• Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium
• Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
•Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4.Pelaksanaan(Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
5.Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.


BAB III
PENUTUP

STEM CELL

BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI STEM CELL
Stem cell adalah sel yang tidak/ belum terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat:
1 Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain.
2 Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/ self-renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.

2.2 JENIS STEM CELL
A. Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi:
1. Totipotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel.Yang termasuk dalam stem cell totipotent adalah Zigot (telur yang telah dibuahi).
2. Pluripotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk stem cell pluripotent adalah embryonic stem cells.

3. Multipotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem cells.
4. Unipotent.
Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/ self-renew)

B. Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh.
Berdasarkan sumbernya, stem cell dibagi menjadi:
1. Zygote.
Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur
2. Embryonic stem cell.
Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst. Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
3. Fetus.
Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4. Stem cell darah tali pusat.
Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem cell dari darah tali pusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis stem cell ini ke dalam adult stem cell. (Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006)
5. Adult stem cell.
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel
jaringan lain. Misalnya: neural stem cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari:
a. Sumsum tulang.
Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
 Hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusatdan dari sumsum tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari darah tepi.
 Stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell.
b. Jaringan lain pada dewasa seperti pada:
 Susunan saraf pusat
 Adiposit (jaringan lemak)
 Otot rangka
 Pancreas



2.3 PERAN STEM CELL DALAM RISET
1. Terapi gen.
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah
stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self- renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macamsel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai
macam sel.
2. Mengetahui proses biologis,
yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru,
Yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan
4. Terapi sel
Berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri, maka dapat dilakukan manipulasi terhadap stem cell itu tanpa mengganggu organ tubuh manusia. Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu.

2.4 ADA 3 GOLONGAN PENYAKIT YANG DAPAT DIATASI OLEH STEM CELL
a. Penyakit autoimun.
Misalnya pada lupus, artritis rheumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen).
Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga system imun tubuh kembali seperti semula.
b. Penyakit degeneratif.
Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c. Penyakit keganasan.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya.

Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-based therapy:
1. Artinya transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di atas.
4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan dan berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.

2.5 THERAPEUTIC CLONING
Therapeutic cloning atau yang lebih panjangnya disebut SCNT (Somatic Cell Nuclear Transfer) adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menghindari risiko penolakan/rejeksi. Pada therapeutic cloning, inti sel telur donor dikeluarkan dan diganti dengan inti sel resipien misalnya diambil dari sel mukosa pipi. Lalu sel ini akan membelah diri dan setelah menjadi blastocyst, maka inner cell masalnya akan diambil sebagai embryonic stem cell dan setelah dimasukkan kembali ke dalam tubuh resipien maka stem cell tersebut akan berdiferensiasi menjadi sel organ yang diinginkan (misalnya sel beta pankreas, sel otot jantung, dan lain lain), tanpa reaksi penolakan karena sel tersebut mengandung materi genetic resipien.
Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006

2.6 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MEMAKAI JENIS STEM CELL TERTENTU DALAM CELL-BASED THERAPY
Keuntungan embryonic stem cell:
1 Mudah didapat dari klinik fertilitas.
2 Bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh.
3 Immortal. Berumur panjang, dapat berproliferasi berates - ratus kali lipat pada kultur.
4 Reaksi penolakan rendah.

Kerugian embryonic stem cell:
1 Dapat bersifat tumorigenik. Artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tak berdiferensiasi dapat menimbulkan kanker.
2 Selalu bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan penolakan.
3 Secara etis sangat kontroversial.
Keuntungan umbilical cord blood stem cell (stem cell dari darah tali pusat):
1. Mudah didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat).
2. Siap pakai, karena telah melalui tahap prescreening, testing dan pembekuan.
3. Kontaminasi virus minimal dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
4. Cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti donor.
5. Risiko GVHD (graft-versus-host disease) lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan stem cell dari sumsum tulang, dan transplantasi tetap dapat dilakukan walaupun HLA matching tidak sempurna atau dengan kata lain toleransi terhadap ketidaksesuaian HLA matching lebih
besar dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
Kerugian umbilical cord blood stem cell:
1. Kemungkinan terkena penyakit genetik.
Ada beberapa penyakit genetik yang tidak terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan follow up setelah donor beranjak dewasa.
2. Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah stem cell yang diperlukan resipien dengan yang tersedia dari donor, karena jumlah sel yang dibutuhkan berbanding lurus dengan usia, berat badan dan status penyakit.

Keuntungan adult stem cell:
1. Dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun.
2. Sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana.
3. Secara etis tidak ada masalah.
Kerugian adult stem cell:
1 Jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit mendapatkan adult stem cell dalam jumlah banyak.
2 Masa hidupnya tidak selama embryonic stem cell.
3 Bersifat multipoten, sehingga diferensiasi tidak seluas embryonic stem cell yang bersifat pluripoten.

2.7 TERAPI BERDASARKAN SEL (CELL-BASED THERAPY)
a. Stem Cell untuk Diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8%transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans.
Pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian- penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
b. Stem Cell untuk Skin Replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.

c. Stem Cell untuk Penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal, yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamine diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson.
Tahun 2001, dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan
bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.
(Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006)

d. Stem Cell untuk Stroke
Dahulu dianggap bahwa sekali terjadi kematian sel pada stroke, maka akan menimbulkan kecacatan tetap karena sel otak tidak mempunyai kemampuan regenerasi. Tapi anggapan berubah setelah para pakar mengetahui adanya plastisitas pada sel-sel otak dan pengetahuan mengenai stem cell yang berkembang pesat belakangan ini.
Beberapa penelitian dengan menggunakan stem cell dari darah tali pusat manusia yang diberikan intravena kepada tikus yang arteri serebri medianya dioklusi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ada pengurangan volume lesi sebanyak 40% dan adanya kemampuan kembali ke 70% fungsi normal. Terdapat pemulihan fungsional pada kelompok yang ditransplantasi stem cell dari darah tali pusat dibandingkan dengan kelompok kontrol dan tampak stem cell dari darah tali pusat bermigrasi masuk ke otak. Penelitian dengan menggunakan mesenchymal stem cell (MSC) dari sumsum tulang autolog yang diberikan intravena pada 30 penderita stroke juga memperbaiki outcome yang dinilai dari parameter



e. Stem Cell untuk Penyakit Jantung
Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa adult stem cells dan embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru. Strauer dkk. mencangkok mono nuclear bone marrow cell autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat PTCA 6 hari setelah infark miokard akut. Sepuluh pasien yang diberi stem cell area infarknya menjadi lebih kecil dan indeks volume stroke, left ventricular end-systolic volume, kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Perin dkk. memberikan transplantasi bone marrow mononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada miokard yang lemah dengan panduan electromechanicalmapping pada 14 pasien gagal jantung iskemik kronik berat.
Single-photon emission computed tomography myocardial perfusion scintigraphy menunjukkan penurunan defek yang signifikan dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang diterapi.
Yang menjadi masalah adalah sumber stem cell tersebut. Hal itu meninmbulkan masalah etik seperti :
1. Apakah penelitihan embrio manusia secara moral dapat dipertanggungjawabkan ?
2. Apakah penelitihan embrio manusia yang menyebabkan kematian embrio itu akan mendorong pelanggaran hak azasi manusia (HAM) dan merupakan tindakan yang menunjukan berkurangnya penghormatan terhadap mahluk hidup?
3. Apakah penyalahgunaan dapat diketahui dan dikendalikan ?
4. Apakah secara moral dapat dibedakan antara penelitian yang menggunakan embrio sisa proses bayi tabung dan penelitihan khusus membuat embrio untuk digunakan, sehingga yang pertama diperbolehkan tetapi yang kedua dilarang ?
5. apakah yang disebut embrio ?

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006
http://www.csa.com/discoveryguides/stemcell/overview.php
http://www.reeve.uci.edu/anatomy/stemcells.php
redaksi@medicastore
Stem Cell Wikipedia-http://en.wikipedia.org/wiki/stem_cell