Kamis, 22 Oktober 2009

BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN
Berfikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.

TEKNIK BERPIKIR
Berpikir memiliki berbagai macam taknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic, berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
1. Berpikir austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat terbang.
2. Berpikir realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata. Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir realistic induktif. Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada, disebut berpikir realistis deduktif.


3. Berpikir kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas. Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan mengahsilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru. Factor yang memengaruhi seseorang untuk berpikir kreatif adalah:
a. Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan untuk mencerna, memahami menguraikan, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi. Contoh: memaksimalkan potensi yagn ada, “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”.
b. Sikap yang terbuka. Contoh: menerima usulan yang baik dan menerima kelebihan orang lain.
c. Otonomi. Contoh: berani mengambil keputusan.
d. Percaya pada diri sendiri. Contoh: yakin dan percaya pada kemempuan diri unutk melakukan suatu aktivitas.
4. Berpikir evaluative
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan, serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan. Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugianya, serta apakah tepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.







PROSES BERPIKIR
Proses berpikir merupakan suatu jalan pikiran atau logika. Langkah-langkah proses berpikir terdiri dari:
1. Pembentukan Pengertian/Konsep
Seseorang memperlajari keadaan yang ada kemudian diterjemahkan sesuai dengan pengalaman ataupun teori-teori yang dia ketahui sebelumnya. Contoh: Hepatitis termasuk penyakit menular atau tidak menular?
2. Pembentukan Pendapat
Tahap berikutnya; seseorang membentuk pendapatnya sesuai dengan pengertian yang ia buat dari keadaan atau situasi yang ada. Contoh: mulai berpendapat bahwa ciri-ciri penyakit menular adalah diakibatkan oleh virus (misal; Hepatitis) dan protozoa (misal; malaria), sedangkan ciri-ciri penyakit tidak menular adalah dapat diakibatkan oleh gaya hidup seperti stroke dan lingkungan (misal; kanker).
3. Penarikan Kesimpulan
Proses berpikir diakhiri dengan adanya suatu kesimpulan berdasarkan pembentukan pendapat pada tahap sebelumnya. Contoh: setelah mengetahui karakteristik masing-masing dan mencocokkan dengan karakteristik penyakit Hepatitis, kemudian menarik kesimpulan bahwa Hepatitis adalah termasuk penyakit menular yang diakibatkan oleh virus.











BERPIKIR KRITIS
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
ASPEK PERILAKU BERPIKIR KRITIS
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (refrence).
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
8. Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
9. Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam penerapan.
10. Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
a. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b. Analisa argument (analysis arguments)
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
d. Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)

MODEL BERPIKIR KRITIS
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan sebuah model berpikir kritis bagi penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah keperawatan dalam kondisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan 5 komponen berpikir kritis yang mengarahkan perawat untuk membuat rencana tindakan agar asuahan keperawatan aman dan efektif.

















TINGKATAN BERPIKIR KRITIS
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis dalam keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks dan komitmen.
Pada tingkat dasar seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar. Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan perkembangan member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
Pada tingkat kompleks, seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi. Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego/ kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan menguji alternative secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan keperawatan mempunyai keuntungan bagi klien, perawat dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Di sini perawat belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakti yang sama.
Pada tingkat komitmen, perawat sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.


BAB III
PEMBAHASAN


DAFTAR PUSTAKA

http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir
Maryam Siti R. dkk (2007) Buku Ajar Proses Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan, Jakarta: EGC

0 komentar:

Posting Komentar